Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua dan tersebar luas di Indonesia. Dua tahun setelah kemerdekan Indonesia, HMI resmi menjadi salah satu organisasi mahasiswa Indonesia dan satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia ketika itu.
Tepat tanggal 5 Februari 1947, HMI menjadi warna baru mahasiswa Indonesia atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 mahasiwa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia). Sampai usia 78 tahun, organisasi mahasiswa ini masih tetap mempertahankan eksitensi sebagai wadah candradimuka mahasiswa.
Anggota HMI saat ini tersebar pada 20 badan koordinasi (BADKO) dan 202 Cabang di kabupaten/kota seluruh Indonesia. Hal ini setidaknya memberi pandangan bahwa organisasi ini menarik untuk dipahami secara komperensif sebagai suatu kajian studi agama
Baru ketika bulan Mei 1969, yang pada saat itu Pengurus Besar HMI dipimpin Nurcholish Madjid mengadakan kongres ke-IX di Malang. Dalam kongres tersebut, Nurcholish Madjid memberikan presentasi mengenai Nilai-Nilai Dasar Islam. Selanjutnya peserta kongres mengamanahkan untuk disempurnakan draf Nilai-Nilai Dasar Islam itu dengan menugaskan Sakib Mahmud, Endang Saifudin Ashari serta konseptornya Nurcholish Madjid.
Setelah disempurnakan dalam waktu beberapa bulan, akhirnya draf Nilai-Nilai Dasar Islam tersebut dikukuhkan dengan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan yang disingkat NDP pada kongres ke-X di Palembang tahun 1971. NDP dalam tubuh HMI ialah sebagai landasan ideologi dari setiap gerak perjuangan para kader HMI baik dalam individu-individu kader HMI maupun dalam organisasi keseluruhan.
NDP HMI yang memuat nilai-nilai ajaran al-Qur’an yang universal untuk memberikan panduan bagi kader HMI agar bisa memahami islam dengan baik dan bisa menerjemahkannya dalam dimensi ruanga dan waktu. Sehinngga NDP HMI bagaikan ruh dan jasad HMI untuk melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan di dunia.
Karena itu, kedewasaan beragama merupakan usaha utama guna menumbuhkan kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa untuk mewujudkan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia. Salah satu komponen bangsa yang sangat penting pada era saat ini untuk mengembangkan, menyebarluaskan dan mengimplimentasikan kedewasaan beragama adalah organisasi keagamaan. Termaksud didalamnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
PEMBAHASAN
NDP dan Hubungan Antarumat Beragama menekankan konsep Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Dalam konteks hubungan antarumat beragama, kader HMI diarahkan untuk bersikap inklusif, menghormati keberagaman, dan berperan sebagai agen pemersatu. Prinsip ini didasarkan pada ajaran Islam tentang toleransi (tasamuh) dan keadilan (al-‘adl), yang menuntun kader HMI untuk menjunjung tinggi hak-hak setiap individu, termasuk kebebasan Beragama.
Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang lahir di Indonesia, HMI memiliki tanggung jawab dalam menjaga harmoni sosial. Kader HMI dituntut untuk membangun dialog antaragama guna memperkuat persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah) dan menghindari potensi konflik berbasis perbedaan keyakinan.
NDP dan Kemajemukan Bangsa Indonesia merupakan negara dengan keberagaman suku, budaya, dan agama. Dalam menghadapi realitas ini, NDP mengajarkan bahwa kader HMI harus mampu menjadi jembatan dalam membangun solidaritas nasional. Konsep pluralisme dalam Islam, yang menekankan pada prinsip keadilan dan persamaan (egalitarianisme), menjadi dasar bagi kader HMI dalam mengembangkan sikap terbuka dan menghargai perbedaan. Kemajemukan bukanlah ancaman, melainkan modal sosial yang dapat memperkaya kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan berpegang pada nilai-nilai NDP, kader HMI didorong untuk aktif dalam menciptakan ruang-ruang dialog serta memperkuat rasa persatuan di tengah perbedaan.
NDP dan Perubahan SosialSalah satu aspek penting dalam NDP adalah peran kader HMI sebagai agen perubahan (agent of change) dalam masyarakat. Islam mengajarkan bahwa perubahan sosial harus diarahkan pada upaya menegakkan keadilan, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. Perubahan sosial yang didorong oleh kader HMI harus berorientasi pada nilai-nilai keislaman yang humanis dan progresif.
Dengan demikian, kader HMI dituntut untuk memahami realitas sosial, mengembangkan wawasan kritis, serta berkontribusi dalam upaya pemberdayaan masyarakat
NDP dalam Mewujudkan Keadilan Ekonomi dan Sosial Dalam perspektif Islam, keadilan ekonomi dan sosial merupakan bagian dari misi profetik yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. NDP mengajarkan bahwa kader HMI harus berjuang untuk menciptakan tatanan ekonomi yang adil dan inklusif, di mana kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mencapai keadilan ekonomi, kader HMI harus berperan dalam memperjuangkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil, mendorong sistem ekonomi yang berlandaskan pada prinsip keadilan distributif, serta mengembangkan gerakan ekonomi berbasis solidaritas sosial. Sementara itu, dalam aspek keadilan sosial, kader HMI harus aktif dalam mengadvokasi hak-hak kelompok marginal, memperjuangkan kesetaraan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan, serta mendorong terciptanya
kebijakan sosial yang berorientasi pada kesejahteraan bersama
KESIMPULAN
NDP HMI merupakan landasan pemikiran yang memberikan arah bagi kadernya dalam menjaga hubungan antarumat beragama, merawat kemajemukan bangsa, serta mendorong perubahan sosial menuju keadilan ekonomi dan sosial. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam yang progresif dan humanis, kader HMI diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan umat manusia